Friday, May 1, 2020

Sekilas Tentang INS Kayutanam



Selain Taman Siswa, ada sebuah sekolah nasional yang juga cukup fenomenal di zaman sebelum kemerdekaan yakni Indonesich-Nederlandsche Schule (INS) Kayu Tanam, di Padang Pariaman Sumatra Barat. Sekolah ini didirikan oleh Engku Mohammad Sjafei pada tahun 1926.

Pada masa anak-anak, Sjafei merupakan seorang yatim yang miskin sehingga harus berjualan makanan di sebuah sekolah. Saat sempat, Sjafei sering mengintip ruang kelas untuk ikut belajar. Hal ini diamati oleh Mara Sutan, seorang lulusan sekolah guru, Kweekschool Bukittinggi. Mara Sutan pun mengangkat Sjafei menjadi anaknya dan menyekolahkannya, termasuk ke Kweekschool Bukittinggi.

Saat pensiun, Mara Sutan menghabiskan hidupnya di Batavia. Di rumahnya di Batavia, Mara Sutan banyak mengundang anak-anak untuk belajar menggambar, bermusik, serta berbagai keterampilan lainnya seperti membuat kecap, sabun, bertukang, memasak, berkesenian, dan fotografi . Banyak tamu yang senantiasa berkunjung ke Mara Sutan, termasuk Ki Hadjar Dewantara. Di Batavia, Sjafei mengajar di Kartini School dan juga Taman Siswa (Zed, 2012).


Pada tahun 1910 - 1920 Sjafei melanjutkan studi ke Belanda. Selama di sana, 'Sjafei memperdalam memperdalam ilmu musik, menggambar, pekerjaan tangan, sandiwara, dan pendidikan dan keguruan' (Kaimuddin, 2015). Secara khusu, Sjafei juga mempelajari Gerakan Pendidikan Baru (Landerziehungsheim) yang sedang berkembang di Belanda. Sjafei tampak sepakat dengan beberapa pemikir diantaranya John Dewey dan George Kerschensteiner.  Dewey, berpandangan bahwa sangat penting untuk berpikir ilmiah dan rasional. Sedangkan, Kerschensteiner memandang pentingnya pendidikan dengan kerja (beraktivitas) (Nishimura, 1995).

Pengalaman-pengalaman belajar Sjafei di atas tampaknya menginspirasi Sjafei dalam mendirikan INS Kayutanam. Ia bercita-cita mendirikan sekolah sendiri yang berbeda dari sistem pendidikan kolonial.

Ins Kayu Tanam merupakan sebuah sekolah di Padang Pariaman. Pembangunannya dilakukan secara gotong royong. Baik guru maupun siswa mendirikan sekolah , bangku, dan kursi dengan tangannya sendiri (Nishimura, 1995). Sjafei menyebut INS Kayutanam sebagai "ruang pendidikan" di mana "Alam takambang menjadi Guru" yang bermakna "Alam Semesta menjadi guru". 

Bagi Sjafei, pendidikan bukanlah sekadar bertujuan untuk mempersiapkan siswanya untuk terampil menjadi pegawai (pemerintahan kolonial Belanda), tetapi agar 'siswa mendidik anak-anak agar dapat mandiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang merdeka' (Komarudin & Sukardjo, 2012). 

Sjafei juga berpandangan bahwa pendidikan untuk mencerdaskan pikiran (intelektual) juga perlu terintegrasi dengan pendidikan moral. Pendidikan merupakan cara untuk mengasah otak, hati, dan tangan. Seperti diuraikan oleh Zed (2012):
"Hati untuk merasa, berempati dan berimajinasi; otak untuk menukik membuat perhitungan rasional dan logis, tangan adalah medium untuk menyalurkan energi otak dan hati manusia secara konkret dalam berinteraksi dengan alam." 
Kata Sjafei (1926 dalam Zed, 2012)
“ .... Dalam sekolah mereka (siswa) diajar mengasah otak, dalam asrama mengasah budi, tenaga dan bakat. Dengan cara begini kita barulah kita dapat mencapai kemajuan bagi bangsa yang mampu mengurus bumi dan tanah air.” (Sjafei, 1926)
Siswa dalam sekolah INS Kayutanam dipandangs sebagai manusia yang unik. Menurut Sjafei:
"Jangan meminta buah mangga dari pohon rambutan tetapi pupuklah pohon mangga itu agar menghasilkan buah yang manis"
Sjafei berharap bahwa lulusan dari INS Kayutanam senantiasa menjadi manusia yang mandiri, percaya diri, menjadi diri sendiri, serta tidak bergantung pada orang lain. Baginya, manusia yang seperti inilah yang dibutuhkan oleh bangsa yang kini bernama Indonesia. 

  1. Zed, M. (2012). Engku Mohammad Sjafe’i dan INS Kayutanam: Jejak Pemikiran Pendidikannya. Tingkap, 8(2), 173-188.
  2. Nishimura, S. (1995). The development of Pancasila moral education in Indonesia. Japanese Journal of Southeast Asian Studies, 33(3), 303-316.
  3. Kaimuddin, K. (2015). BOARDING SCHOOL: MODEL PENDIDIKAN TRANSFORMATIF. SOCIETY, 6(2), 11-21.
  4. Komarudin, U., & Sukardjo, M. (2012). Landasan Pendidikan konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers
  5. Rahatja, S. (2008). Penyelenggaraan Pendidikan lndonesia Nederlandche School (INS) Kayu Tanam dalam Perspektif Pendidikan Humanis-Religius. Jurnal Manajemen Pendidikan, 1(4), 9-19.